![]() |
illustrations |
Kesurupan ialah gangguan yang menimpa akal manusia, sehingga ia tidak tahu apa yang ia katakan atau lakukan. Seseorang yang kesurupan tidak bisa menghubungkan perkataannya, antara yang telah dikatakan, dan yang akan diucapkan. Dia juga akan menderita hilang ingatan akibat gangguan pada urat- urat saraf (otak).
Akibatnya, penderita penyakit akal ini mengalami gangguan dalam tingkah lakunya. la akan kelihatan linglung serta canggung ketika bergerak dan bertindak. Dia tidak dapat berjalan dengan tegak dan seimbang, serta kehilangan kemampuan untuk menentukan langkah-langkah kakinya secara terarah atau menghitung jarak tempuh dengan benar.
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, "Kesurupan adalah penyakit yang menghalangi organ-organ penting dalam tubuh untuk dapat berfungsi secara normal. Penyebabnya adalah angin yang merasuk ke dalam lubang-lubang yang ada di pembuluh otak, atau udara kotor yang naik dari sebagian anggota tubuh menuju otak. Kadang kala, hal ini diikuti rasa kejang pada anggota tubuh yang menyebabkan penderitanya merasa tidak seimbang. Bahkan ia bisa terjatuh dan menyemburkan buih dari mulutnya karena terjadinya pelembaban yang berlebihan pada saluran-saluran saraf (gangguan seperti ini menurut istilah kedokteran disebut penyakit Ephilepsy)"
Akan tetapi, gangguan seperti ini bisa juga disebabkan oleh jin. Dan gangguan seperti ini hanya akan menimpa orang yang berjiwa lemah. Baik karena jin itu menganggap bahwa orang tersebut pantas dirasukinya maupun karena orang itu telah menyakiti jin tersebut.
Pertama, Ephilepsy: Jenis inilah yang ditetapkan oleh para dokter dan mereka telah memberikan terapinya.
Kedua, Kesurupan: Jenis inilah yang diingkari dan tidak diakui mayoritas dokter, sementara sebagian lagi mengakuinya. Cara pengobatannya adalah dengan melawan jin-jin tersebut guna mencegah pengaruh jahat mereka serta menghapuskan perbuatan mereka.
Dalil-Dalil Syar'i Adanya Kesurupan
Adanya kesurupan telah ditetapkan oleh dalil naqli (referensial) dan dalil aqli (logika). Hal tersebut merupakan realitas yang telah terbukti. Hanya ada sebagian orang sombong dan pembangkang tidak mau mempercayainya.
1. DALIL-DALIL DARI AL-QUR'AN
Allah berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ٢٧٥ ( البقرة/2:275)
Terjemahan Kemenag 2019
Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah/2:275)
Imam Qurthubi berkata, "Ayat ini menjadi dalil tidak diterimanya pendapat dan anggapan orang yang mengingkari realita kesurupan jin serta mengatakan bahwa itu hanyalah sifat dasar manusia saja. Dan bahwa setan tidak dapat merasuk pada diri manusia serta tidak bisa mengakibatkan gangguan (kesurupan)." [ Tafsir Al-Qurthubi: 3/355]
Imam At-Thabari berkata, "Basyar bercerita kepada saya, 'Yazid menceritakan dari Said yang menceritakan dari Qatadah, dia berkata, 'Riba di masa jahiliah adalah transaksi jual beli dengan menunda pembayaran sampai masa tertentu, Jika masa yang telah ditentukan tiba, tetapi pengutang belum mampu membayarnya, maka si pemberi utang akan menunda pembayaran namun dengan menambah nilai pada hutang pokok, maka Allah berfirman kepada orang-orang yang menyuburkan praktek riba yang telah kita terangkan ciri-cirinya di dunia, bahwa di hari kiamat kelak, mereka akan dibangkitkan dari kubur seperti berdirinya orang yang kesurupan setan. Maksudnya, mereka akan dirasuki setan di dunia ini dan dibuat seperti orang gila." [Tafsir At-Thabari: 3/101]
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata ketika menafsiri ayat:
اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ
"Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan...." (Al-Baqarah: 275).
"Mereka akan berdiri seperti berdirinya seorang yang berpenyakit ayan ketika sedang kambuh, lalu setan akan mempermainkannya. Hal demikian itu karena mereka melakukan suatu kemungkaran."
2. DALIL-DALIL DARI AS-SUNNAH
A. Mathar bin Abdurrahman Al-A'naq berkata,
حَدَّثَتْنِي أُمُّ أَبَانَ بِنْتُ الْوَازِعِ بْنِ زَارِعٍ فِي عَامِرِ العبدي عَنْ أَبيها أَنَّ جَدَّهَا الزَّارِعَ انْطَلَقَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَانْطَلَقَ مَعَهُ بِابْنِ لَهُ مَجْنُونٍ أَوْ ابْنِ أُخْتِ لَهُ قَالَ جَدِي: فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قُلْت: إِنَّ مَعِي ابْنَا لِي أَوْ ابْنَ أُخْتِ لِي مَجْنُونٌ أَتَيْتُكَ بِهِ تَدْعُو اللَّهَ لَهُ. قَالَ: ائتِنِي بِهِ قَالَ: فَانْطَلَقْت بِهِ إِلَيْهِ وَهُوَ فِي الرِّكَابِ فأطلَقْت عَنْهُ وَأَلْقَيْت عَنْهُ ثِيَابَ السَّفَرِ وَالْبَسْتَه ثَوْبَيْنِ حَسَنَيْنِ وَأَخَذْتَ بِيَدِهِ حَتَّى انْتَهَيْتَ بِهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: أَدْنُهُ مِنِّي اجْعَلْ ظَهْرَهُ مِمَّا يَلِينِي قَالَ: بِمَجَامِعٍ ثَوْبِهِ مِنْ أَعْلَاهُ وَأَسْفَلِهِ فَجَعَلَ يَضْرِبُ ظَهْرَهُ حَتَّى رَأَيْتَ بَيَاضَ إِبِطَيْهِ وَيَقُولُ: أَخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ، أُخْرُجُ عَدُوَّ اللَّهِ، فَأَقْبَلَ يَنْظُرُ نَظَرَ الصَّحِيحِ لَيْسَ بِنَظَرِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ أَقْعَدَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بَيْنَ يَدَيْهِ فَدَعَا لَهُ بِمَاءِ فَمَسَحَ وَجْهَهُ وَدَعَا لَهُ فَلَمْ يَكُنْ فِي الْوَفْدِ أَحَدٌ بَعْدَ دَعْوَةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ يَفْضُلُ عَلَيْهِ
"Ummu Aban binti Wazi' bin Zari' bin Amir Al-Abdi bercerita kepada saya dari bapaknya, yang berkata, 'Suatu ketika kakeknya Wazi pergi menjumpai Rasulullahﷺ, dengan membawa salah seorang anaknya atau anak dari saudara perempuannya yang tertimpa penyakit gila. Lalu kakek saya berkata, Tatkala kami berjumpa dengan Rasulullah di Madinah, saya berkata, 'Wahai Rasulullah, saya membawa anak saya atau anak dari saudara perempuannya yang tertimpa kegilaan. Saya bawa ke sini supaya baginda berkenan mendo’akannya agar sembuh. Rasulullah ﷺ bersabda 'Bawalah dia kemari!',
Kemudian saya hampiri dia yang masih di kendaraan. Lalu saya melepaskan tali pengikatnya dan saya mengganti pakaian safarnya dengan memakaikan dua lapis pakaian yang bagus untuknya, lalu saya menuntun tangannya hingga kami berada di hadapan Rasulullah ﷺ Beliau bersabda, 'Dekatkan dia kepadaku dan palingkan dia hingga punggungnya menghadapku!' Dia berkata, 'Maka beliau memegang semua sudut pakaiannya dari atas hingga bawah, lalu beliau memukul punggungnya hingga saya melihat dua ketiak beliau putih, dan beliau bersabda, 'Keluarlah engkau wahai musuh Allah! Keluarlah engkau wahai musuh Allah!'
Setelah itu, anak ini bisa melihat dengan pandangan yang wajar, tidak sebagaimana cara dia memandang sebelum didoakan Rasulullah ﷺ Lalu, Rasulullah menyuruhnya duduk di hadapan beliau. Beliau mendoakan dan mengusap wajahnya. Setelah Rasulullah ﷺ mendoakannya, tidak ada yang seorang pun dari rombongan yang ikut mengantarnya kepada Rasulullah ﷺ dapat mengungguli kebaikannya. (HR Imam Al-Hakim meriwayatkan di dalam Mustadrak-nya, Imam Thabrani, Ibnu Hajar berkata hadits ini mauquf).
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa setan dapat mengganggu manusia sehingga membuatnya korbannya menjadi gila (hilang ingatan). Gangguan (kesurupan) jin seperti ini dapat disembuhkan dengan pukulan. Setan dapat masuk ke dalam diri manusia dan tinggal di dalam tubuh manusia itu.
Hal ini jelas terlihat dari sabda Rasulullah ﷺ "Keluarlah engkau wahai musuh Allah!" berarti sebelumnya setan telah masuk dan berdiam dalam tubuh manusia.
B. Ya'la bin Murrah berkata:
لَقَدْ رَأَيْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ثَلَاثًا مَا رَآهَا أَحَدٌ قَبْلِي وَلَا يَرَاهَا أَحَدٌ بَعْدِي لَقَدْ خَرَجْتَ مَعَهُ فِي سَفَرٍ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِبَعْضِ الطَّرِيقِ مَرَرْنَا بِامْرَأَةٍ جَالِسَةٍ مَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا صَبِيٌّ أَصَابَهُ بَلَاءٌ وَأَصَابَنَا مِنْهُ بَلَاءٌ يُؤْخَذُ فِي الْيَوْمِ مَا أَدْرِي كُمْ مَرَّةً قَالَ: نَاوِلِينِيهِ فَرَفَعْتَهُ إِلَيْهِ فَجَعَلَهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ وَاسِطَةِ الرَّحْلِ ثُمَّ فَغَرَ فَاهُ فَنَفَثَ فِيهِ ثَلَاثًا وَقَالَ: بِسْمِ اللَّهِ أَنَا عَبْدُ اللَّهِ اخْسَأْ عَدُوَّ اللَّهِ ثُمَّ نَا وَلَهَا إِيَّاهُ فَقَالَ: أَلْقِينَا فِي الرَّجْعَةِ فِي هَذَا الْمَكَانِ فَأَخْبِرِينَا مَا فَعَلَ قَالَ: فَذَهَبْنَا وَرَجَعْنَا فَوَجَدْنَاهَا فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ مَعَهَا شِيَاهٌ ثَلَاتٌ فَقَالَ: مَا فَعَلَ صَبِيكَ؟ فَقَالَتْ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا حَسَسْنَا مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى السَّاعَةَ فَاجْتَرِرْ هَذِهِ الْغَنَمَ قَالَ: انْزِلْ خُذْ مِنْهَا وَاحِدَةً وَرُدَّ الْبَقِيَّةَ
"Saya melihat tiga hal dari Rasulullah yang belum pernah dilihat oleh seorang pun sebelum dan sesudah saya. Pada suatu hari, saya pernah melakukan safar (bepergian) bersama Rasulullahﷺ . Di tengah perjalanan, kami melewati seorang perempuan yang sedang duduk bersama anaknya yang masih kecil. Kemudian perempuan itu berkata, 'Wahai Rasulullah, anak saya ini menderita penyakit, dan kami menjadi terganggu dengan penyakitnya. Setiap harinya dia selalu kumat beberapa kali, sampai saya tidak tahu berapa kali. Beliau bersabda, 'Berikanlah anak itu kepadaku!"
Maka perempuan itu pun membawa bayinya kepada Rasulullah ﷺ Dia meletakkannya di antara Rasulullah dan pelana kuda. Kemudian Rasulullah membuka mulut anak itu, lalu meniup ke dalamnya sebanyak tiga kali dan mengucapkan, '(Bismillah) Dengan menyebut nama Allah, aku adalah hamba Allah, enyahlah engkau wahai musuh Allah!"
Kemudian beliau menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya dan berkata, Temuilah kami kembali di tempat ini, ketika kami kembali, dan beritahukanlah kepada kami apa yang dilakukan anak ini!' Dia berkata, 'Maka kami pun berlalu, dan ketika kami kembali, kami mendapati perempuan tersebut sudah berada di tempat tadi dengan membawa tiga ekor kambing'.
Rasulullah bertanya, 'Apa yang dilakukan bayimu?' Perempuan itu berkata, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, hingga saat ini kami tidak lagi merasakan sesuatu yang aneh darinya, maka ambillah kambing-kambing ini'. Beliau berkata kepada saya, Turun dan ambillah salah satu dari ketiga kambing dan tinggalkanlah yang lainnya. (HR Ahmad, Thabrani dan Hakim dengan isnad yang shahih dishahihkan pula oleh Adz-Dzahabi).
C. Jabir bin Abdullah RA. berkata,
"Pada perang Dzatur Riqa', kami keluar bersama Rasulullah ﷺ hingga sampai pada Buhrah Waqim. [Nama tempat di madinah Al Munawwarah.] Tiba-tiba seorang perempuan Badui datang menemui Nabi ﷺ sambil membawa anaknya, lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, anak saya ini telah diganggu setan (kesurupan). Kemudian beliau bersabda, 'Coba dekatkan dia kepada saya!' Maka perempuan itu pun mendekatkan anaknya. Lalu beliau bersabda, 'Bukalah mulutnya!' Perempuan itu pun membukanya. Maka Rasulullah meludahi mulutnya, lalu beliau bersabda,
'Enyahlah engkau wahai musuh Allah! Aku adalah utusan Allah!' Kalimat ini diucapkan Rasulullah ﷺ sebanyak tiga kali, lalu beliau bersabda, 'Anakmu sudah baik, tidak ada lagi yang akan meng- ganggunya." (HR Ahmad dan Thabrany dengan sanad yang tsiqah).
D. Atha' bin Abu Rabah berkata,
"Abdullah bin Abbas RA. berkata kepada saya, 'Maukah kamu saya tunjukkan seorang perempuan penghuni surga?' Saya berkata, Tentu. Dia berkata, '(Yaitu) perempuan hitam ini, dia pernah menghampiri Rasulullah ﷺ dan berkata, 'Saya adalah orang yang menderita penyakit ayan, dan setiap kali saya kambuh saya tidak sadar hingga aurat saya terbuka, berdoalah kepada Allah agar saya sembuh.'
Rasulullah bersabda, Jika kamu mau bersabar, niscaya kamu akan meraih surga, dan jika kamu mau sembuh, saya akan berdoa kepada Allah. Perempuan ini berkata, 'Saya akan bersabar.' Dia berkata, 'Setiap kali kambuh, tanpa sadar aurat saya terbuka, maka doakanlah saya supaya aurat saya tidak terbuka lagi. Maka Rasulullah pun mendoakannya. (Muttafaq'alaihi).
Perempuan beriman ini bernama Ummu Zufar RA, sebagaimana riwayat Imam Bukhari dalam shahihnya dari Atha'. Sebenarnya, gangguan yang dialami perempuan ini berasal dari jin.
E. Abu Al-Yusr berkata, "Rasulullah ﷺ senantiasa berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرَقِ، وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِيَ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغاً
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ketuaan, kehinaan, ke binasaan, gelisah, terbakar dan tenggelam. Aku juga berlindung kepada-Mu dari gangguan setan ketika aku akan wafat, terbunuh di jalan-Mu dalam keadaan melarikan diri, dan berlindung kepada- Mu dari mati tergigit (tersengat)." (HR Hakim, Abu Daud dan- Naasa'i). [Dishahihkan Al-Baniy]
G. Shafiyah binti Huyay berkata, 'Rasulullah bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّم
"Sesungguhnya setan berpindah pada diri (anak) Adam melalui jalan darahnya." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa setan mampu merasuk ke dalam diri manusia, dan bahwa kesurupan jin benar terjadi.
H. Utsman bin Abu Al-Ash RA berkata,
"Ketika Rasulullah mengangkat saya sebagai walikota Thaif, suatu hari saya merasa ada sesuatu yang mengganggu saya ketika sedang shalat, hingga saya lupa terhadap jumlah rakaat shalat saya. Ketika saya menyadari hal ini, saya segera pergi menjumpai Rasulullah ﷺ Maka beliau bertanya, Apakah kamu Ibnu Abu Al-Ash?" Saya berkata, 'Ya' Beliau bertanya, Ada apa denganmu hingga kau datang kemari?' Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu hingga saya tidak mengetahui jumlah rakaat shalat saya.' Beliau bersabda, 'Itu adalah setan, dekatkanlah dia padaku!' Maka saya pun mendekatkan diri dan duduk bersimpuh di hadapan beliau. Lalu Rasulullah memukul dada saya dengan tangan beliau, dan beliau meniup pada mulut saya. Lalu beliau bersabda, 'Keluar lah engkau wahai musuh Allah!' Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali, lalu beliau bersabda, 'Lakukanlah tugasmu!' Dia berkata, Utsman berkata, 'Demi Allah, setelah itu, saya tidak pernah merasa terganggu lagi." (HR Ibnu Majah, dengan sanad yang shahih). [Wiqoyatul Insan min al jin wa syaithan, hal 58-63, maktabah shahabah Dubai, 1997]
3. DALIL AQLI (AKAL)
Syaikh Muhammad Al-Hamid berkata, «Kalau jin merupakan jenis makhluk halus, maka secara aqli (logika) maupun naqli (referensial), kita juga tidak menolak kalau jin dapat merasuk ke dalam tubuh manusia.
Sebab, sesuatu yang halus dan lembut bisa menembus pada sesuatu yang tebal. Seperti angin yang bisa masuk ke tubuh kita, api yang masuk ke dalam bara api, aliran listrik yang masuk pada kabel listrik. Bahkan, air juga masuk ke dalam tanah, pasir dan pakaian, walaupun tidak halus dan lembut seperti halnya angin dan aliran listrik.
Orang-orang yang konsisten di atas kebenaran telah menempatkan diri mereka untuk tunduk dan menerima nash-nash yang mengabarkan bahwa jin itu dapat merasuki tubuh manusia. Bahkan, karena saking banyaknya nash-nash (dalil) seperti ini, sehingga tidak dibenarkan untuk meninggalkan kebenaran ini dan mengambil pendapat orang-orang yang mengingkarinya. Al-Qur'an sendiri telah memberitahukan hal ini kepada kita semua. Maka tunduk terhadap Al-Qur'an menuntut kita untuk tidak men-takwil nash-nash tersebut secara panjang lebar, sehingga bisa memalingkannya dari maksud yang sebenarnya, bahkan sampai menyimpang dari ajaran Islam dan tidak diterima oleh akidah Islamiyah yang benar dan keimanan kuat yang dapat menyelamatkan kita dari api neraka pada hari kiamat.
Fenomena masuknya jin ke dalam tubuh manusia telah sering kita temukan dan kita saksikan. Bahkan sudah tidak terhitung lagi, karena saking banyaknya. Oleh karena itu, orang yang mengingkari fenomena ini, berarti telah menentang realitas yang dapat disaksikan.
Al-Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdzani berkata, "Kalau memang benar apa yang kita katakan bahwa tubuh bangsa jin itu halus serta lembut seperti angin, maka kita juga tidak menolak kalau mereka dapat memasuki tubuh kita sebagaimana keluar masuknya udara dan desah nafas ke dalam tubuh dengan helaan dan tiupan. Namun hal itu tidak menunjukkan bahwa mereka menyatu dengan manusia, karena menyatunya mereka dengan manusia dengan cara berdampingan, bukan melalui jalan peleburan. Jin masuk ke dalam tubuh kita seperti halnya benda yang halus memasuki suatu benda."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Keberadaan jin telah dinyatakan oleh Al-Qur'an, As-Sunnah dan kesepakatan umat Islam. Begitu pula masuknya jin ke tubuh manusia, para ulama Ahli Sunah juga telah menyepakatinya. Perkara ini merupakan sesuatu yang dapat disaksikan dan dirasakan bagi orang yang merenungkannya. Dia bisa merasuk ke dalam tubuh orang yang kesurupan, hingga orang itu ber- bicara dengan perkataan yang tidak dia ketahui serta tidak paham. Bahkan, dia akan memukul dengan pukulan yang keras, dan seandainya mengenai seekor unta, niscaya unta itu akan mati. Sementara orang yang kesurupan itu tidak menyadari hal ini."
Allah berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ
"Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan...." (Al-Baqarah: 275).
Dari Shafiyyah RA beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya setan berpindah-pindah di dalam tubuh manusia melalui aliran darah. (Al-Bukhari dan Muslim).
Ini semua adalah dalil-dalil yang sangat kuat yang menunjukkan bahwasanya kesurupan itu memang benar adanya, bahkan ini sudah menjadi kesepakatan para ulama, kesepakatan ini tentu berlandaskan dalil-dalil yang sangat kuat pula dari Al-Qur'an, Sunnah, akal dan keterangan dari berbagai ulama.
Referensi Buku:
Sembuh Dengan Ruqyah, Husain Al Mubarak, MA, hal 237-251
0 Komentar
Silahkan sampaikan komentar anda dalam bahasa yang santun, dan tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata kotor, menyinggung dan menyerang pihak tertentu. dan dilarang keras mengirim link spam. terimakasih